March 3, 2013

Master Bunga Rampai


Bunga Rampai
Nurulia Septyarini Fazria
Tutor SMP Master

            Satu tahun sudah saya menjadi bagian dari keluarga Yayasan Bina Insan Mandiri yang lebih dikenal dengan sebutan “Master”. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ketika itu saat saya tengah mendapatkan tugas dari kampus untuk mengobservasi apapun tentang kegiatan yang berhubungan dengan psikologi sosial, maka saya dan teman satu kelompok saya menetapkan untuk mengobservasi sekolah dipinggir terminal Kota Depok. Ketika itu saya belum mengetahui Master sebelumnya, namun saya pernah menyaksikan acara disebuah stasiun tv swasta yang meliput kegiatan belajar mengajar dimaster. Kala itu memang sudah ada niat dalam benak saya seandainya saya bisa bergabung membagi ilmu yang saya miliki kepada anak-anak bangsa Indonesia. Ternyata keinginan saya itu diberi jalan oleh Allah SWT. Observasi saya pun dilaksanakan, hari itu hari sabtu. Saya dan “Diyah” rekan observasi yang sempat bergabung dimaster meski hanya beberapa bulan, tiba diMaster. Saat itu kondisi ditempat tidak begitu ramai, saya pun bertemu Kak Mus, dan meminta waktu untuk mewawancarainya. Rupanya saya diantar ke kantor SD menemui seorang wanita muda, saat itu saya belum tahu kalau saya berada di kantor SD. Seorang wanita muda tersebut ialah Kak Anti, ya Kak Anti. Sungguh seorang wanita yang begitu istimewa. Saya pun berbincang-bincang dengan Kak Anti, seputar Master untuk bahan tugas kuliah saya. Juga berbincang mengenai ketertarikan saya untuk membagi ilmu untuk adik-adik di Master, yang notabennya mereka dari kalangan menengah kebawah. Senang rasanya ketika Kak Anti menyambut baik niat saya. Awalnya saya ingin mengajar di tingkat SD, namun saran dari Pak Sugeng lebih baik saya mengajar ditingkat SMP, karena diSMP sedang membutuhkan banyak tutor. Mulanya saya ragu karena saya belum begitu PEDE mengajar anak-anak SMP. Waktu itu saya sedang mengobrol dengan Kak Anti, secara kebetulan bertemu dengan Kak Gifar, ia adalah koordinator SMP. Saat itu juga Kak Anti memberitahu kalau saya ingin bergabung. Kak Gifar pun menjelaskan mata pelajaran apa saja yang membutuhkan totor. Saya bergabung dimaster tidak hanya sendiri, melainkan mengajak beberapa teman-teman dikampus dan teman SMA.  Saya, Diyah, Risenta, Nyimas dan Tasya. Kami berlima mengajar ditingkat SMP, terkecuali Nyimas ia bergabung di tingkat SD. Alhamdulilah yang masih bertahan hingga saat ini hanya saya dan Tasya.
            Hari pertama saya mengajar pun tiba, saat itu saya agak grogi karena saya belum pernah menjadi seorang guru dimanapun sebelumnya. Namun saya sangat senang, karena ini merupakan salah satu cita-cita dan impian saya dari kecil selain bermain gitar, syukur ahamdulillah Allah SWT memberikan jalan bagi keinginan saya. Saya memegang bidang study Bahasa Indonesia kelas VII, VIII dan IX ditahun ajaran kemarin, tapi ditahun ajaran ini saya fokus mengajar di kelas IX dengan bidang study yang sama. Hari pertama bertemu anak-anak master saya bertemu dengan anak-anak kelas IX dengan kondisi kelas perempuan dan laki-laki digabung jumlah anaknya pun cukup bombastis. Pernah satu ketika saya mengajar dengan jumlah anak hingga tujuh puluh orang. Dihari pertama saya mengajar, saya cukup kaku bahkan grogi, terlebih lagi materi yang akan diajarkan suka-suka kita, jujur saja saya bingung karena tidak ada pedoman sampai dimana materi diberikan. Dihari pertama tidak begitu memuaskan memang, tapi tidak untuk di minggu kedua pertemuan, saya sudah bisa mengambil hati sebagian anak-anak master. Dan yang tidak pernah saya lupakan, ketika itu kholik dan teman-teman menyambut saya dengan hangat. Dari situ saya mulai yakin, merasa nyaman, dan saya akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
            Jika saya masih belum mampu beramal dengan materi, maka bisa saya gantikan dengan tenaga yang saya miliki. Dan selagi masih muda, masih bisa berkreasi saya akan gunakan masa muda saya dengan kegiatan yang positif, bukan sekedar sia-sia. Cita-cita saya pun salah satunya memang menjadi seorang guru. Itulah beberapa alasan mengapa saya mau berbagi ilmu di master.  Minggu pertama, kedua, ketiga pun dilalui. Ketika saya sudah merasa nyaman menjadi bagian dari Master, rasa permen nano-nano pun saya lalui. Dari manis, asam, asin ramai rasanya. Memang jalan tak selamanya lurus, berbagai tantangan  dari dalam dan luar pun saya hadapi. Mulai dari dalam diri saya sendiri yang terkadang down, dengan kesibukan-kesibukan di kampus, dari keluarga dan teman, sampai adik-adik di master itu sendiri. Sampai saat ini pun tantangan-tantangan masih ada dan akan selalu ada. Asam asin yang pernah saya alami beberapa diantaranya adalah, ketika benteng yang diberikan oleh adik-adik master begitu besar yang membuat saya down, ketika saya menerangkan tidak diperhatikan, ketika sikap-sikap mereka yang kurang memberikan kesan baik di kelas, ketika amarah saya dibuat meledak oleh adik-adik. Dan pada suatu ketika terdapat anak di kelas IX yang umurnya tidak jauh berbeda dengan saya, rupanya ia menaruh perhatian lebih terhadap saya, terlebih lagi saat rapat dengan yayasan yang kebetulan saya tidak bisa datang saat itu diungkap oleh salah salah satu totor, jujur saya sangat terkejut mengetahui hal itu, karena bagi saya adik-adik dimaster semua sama, tidak ada satu orang yang saya buat lebih special diantara yang lain. Semua sama-sama saya anggap adik, tidak ada yang saya perlakukan lebih. Karena hal tersebut saya merasa bersalah, entah bersalah karena apa, malu pun saya rasakan. Akhirnya saya mengklarifikasi kepada koordinator SMP bahwa itu tidak benar. Gosip-gosip pun juga ada dimaster. Hmm lucu memang, saya kira yang seperti itu hanya ada disinetron-sinerton. Ternyata memang ada didunia nyata, terlebih saya yang mengalami pula. Hal itu saya jadikan pelajaran untuk kedepannya. Tidak hanya rasa asam asin dan pahit saja yang saya alami di master. Manis pun saya rasakan. Ketika saya dan beberapa adik-adik perempuan menjadi teman baik, hubungan yang semakin intens timbul ketika mereka bersilaturahmi kerumah saya. Ketika kami bersenda gurau, ketika adik-adik menerima saya dengan baik, ketika dalam belajar mengajar mereka aktif, ketika sedang berbagi cerita, ketika bermain games, ketika saya sedang menceritakan pengalaman-pengalaman saya dengan antusias mereka mendengarkan dan masih banyak lagi. Namun rasa pilu pun saya rasakan saat ini, seorang siswa yang sebelumnya rajin datang kesekolah, ceria, pintar, dan sikapnya yang sopan, namun ia tak pernah terlihat sembali saat ini. Bila ditanya kepada temannya ada yang berkata bahwa ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya lagi, sayang sekali bukan.
Banyak hal yang saya dapat selama menjadi bagian dari keluarga master, selama mengajar. Diantaranya waktu saya menjadi lebih bermanfaat, bila sebelumnya waktu saya hanya waktu kupu-kupu main (kuliah pulang main kuliah pulang main) namun tidak untuk saat ini. Waktu yang saya miliki tidak terbuang sia-sia karena saya bisa membagi ilmu yang saya miliki kepada adik-adik dimaster. Selain itu saya bertemu dengan berbagai macam orang dengan karakternya masing dan dari berbagai profesi serta kalangan. Mulai dari ustadz, orang-orang hebat, para pengamen jalanan, para tutor, orang-orang yang tinggal dirumah singgah hingga anak punk. Anak-anak yang menuntut ilmu dimaster pun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang memang tinggal di rumah singgah master, ada yang bekerja sepulang sekolah, ngamen,masih banyak pula yang tinggal dengan orangtuanya seperti anak pada umumnya. Adik-adik disana pun cukup unik, cerdas-cerdas walaupun terkadang nakal. Ada yang kurang dalam bidang akademis namun memiliki keahlian yang ia tonjolkan, ada pula anak-anak yang memiliki kesulitan belajar cukup tinggi. Hal tersebut menjadi motivasi bagi saya untuk terus mendampingi dan membina mereka sesuai kemampuan saya. Menurut saya anak-anak master berbeda dengan anak-anak yang ada di sekolah formal pada umumnya. Berbeda dalam artian perlakuannya, cara belajar dan mengajarnya. Nilai-nilai kehidupan pun saya dapatkan dimaster, yaitu menjadi lebih menghargai tenaga, waktu dan uang. Disamping itu selain punya banyak adik, dimaster saya memiliki banyak kakak-kakak yang bisa diajak bertukar pikiran, mendengarkan pengalaman-pengalamannya, dan memiliki lebih banyak teman tentunya yang umurnya rata-rata diatas umur saya. Anak-anaknya pun ngangenin, suatu ketika saya pernah berniat fokus kuliah dahulu namun wajah adik-adik beserta moment-moment yang berkesan mengalahkan niat saya itu, maka saya urungkan niat tersebut.
            Yang menarik ketika saya baru bergabung di master, saat itu saya terkejut melihat banyak anak punk disana, ada yang sedang duduk-duduk saja, sedang makan , sedang tidur. Awalnya saya takut melihat kumpulan anak-anak punk tapi lama kelamaan saya sudah terbiasa akhirnya sudah tidak takut lagi. Yang buat saya terkejut pula ketika Kak Gifar menerapkan sistem seperti semi militer, awalnya saya pun agak takut, tapi cara tersebut merupakan bentuk salah satu cara melatih kedisiplinan adik-adik. Masih banyak lagi pengalaman selama satu tahun saya berada di master, sampai yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sejauh ini saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga master. Belum ada sekolah yang bisa menandingi master, hehe. Dari hari kehari, minggu keminggu, rasa sayang saya untuk adik-adik master yang hebat makin bertambah, tidak berkurang tanpa terkecuali. Semoga keluarga master semakin solid, makin akrab, saling mengisi segala kekurangan. Semoga adik-adik master kelak akan menjadi pribadi yang dapat bersaing dimasyarakat, menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, amin. Sampai disini perjalanan selama satu tahun saya menemani adik-adik. Semoga bermanfaat, terimakasih.

No comments: