March 31, 2013

Person Center Therapy


Nama   : Nurulia Septyarini Fazria
Npm    : 18510910
Kelas   : 3PA01
Mata kuliah : Psikoterapi

Person Center Therapy

Pengertian Client Center Therapy
            Adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang didasarkan pada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapi juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau mengajukan serangkaian tindakan. Terapis lebih dikenal sebagai fasilitator.
            Klien harus memiliki beberapa persyaratan untuk mencapai pemahaman klien terhadap masalah yang dihadapi, diantaranya adalah empati, rapport, dan ikhlas. Empati adalah kemampuan memahami perasaan yang dapay mengungkapkan keadaan klien dan kemampuan mengkomunikasikan pemahaman ini kepada klien. Rapport adalah menerima klien dengan tulus sebagaimana adanya, termasuk pengakuan bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk terlibat secara konstruktif dengan masalahnya. Ikhlas dalam arti sifat terbuka, jujur, dan tidak berpura-pura atau bertindak dibalik topeng profesinya. Selain itu terdapat pula jaminan bahwa masalah yang diungkap klien dijamin kerahasiaannya serta adanya kebebasan bagi klien untuk kembali lagi berkonsultasi atau tidak sama sekali jika klien sudah dapat memehami permasalahannya sendiri.
            Menurut Rogers, pertanyaan “Siapa saya?” menjadi penyebab kebanyakan seseorang datang ke terapis untuk psikoterapi. Kebanyakan dari mereka bertanya “Bagaimana saya dapat menemukan diri nyata saya?” ”Bagaimana saya dapat menjadi apa yang saya inginkan?” “Bagaimana saya memahami apa yang ada dibalik dinding saya dan menjadi diri sendiri?”

Tokoh Person Center Therapy
            Rogers adalah pelopor didalam penyelidikan dibidang konseling dan psikoterapi. Pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis, yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Teori Rogers bertumpu pada suatu asumsi bahwa klien bisa memahami faktor dalam hidup mereka yang menjadikan mereka tidak bahagia. Mereka juga memiliki kapasitas untuk mengarahkan dir mereka sendiri dan mengadakan perubahan pribadi yang konstruktif.

Tujuan Person Center Therapy
            Menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tersebut terapis perlu mengusahakan agar klien dapat menghilangkan topeng yang dikenakannya dan mengarahkannya menjadi dirinya sendiri.

Teknik dan Prosedur Terapi
            Dalam kerangka terpusat pada pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan berbagi. Pendekatan berpusat pada pribadi yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang dirinya sendiri dan dunia tempat ia tinggal.

Kelebihan
            Terapi terpusat pada pribadi didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri. Selanjutnya pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis, yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Kita dimotifikasi untuk mangaktualisasi diri kita sendiri dalam lingkup persepsi kita akan realitas.

Kekurangan
            Kerawanan dari pendekatan terpusat pada pribadi merupakan gejala dari para praktisi untuk bersikap sangat menunjang tanpa harus menantang. Karena kesalahpahaman mereka akan konsep dasar dari pendekatan itu, beberapa orang dari mereka telah membatasi lingkup response mereka terhadap refleksi dan mendengarkan secara empati.
            Salah satu keterbatasan dari pendekatan itu adalah cara beberapa orang praktisi menjadi “terpusat pada klien” dan kehilangan citra rasa kepribadian mereka sendiri serta keunikannya.

Daftar Pustaka :
·     Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Diterjemahkan oleh:   Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Press
·         Riyanti, B.P. Dwi dan Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum II. Jakarta: Universitas Gunadarma
·         Suryabrata, Sumardi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada







March 24, 2013

Terapi Humanistik Eksistensial


Nama   : Nurulia Septyarini Fazria
Npm    : 18510910
Kelas   : 3PA01
Makul  : Psikoterapi


Terapi Humanistik Eksistensial

            Dasar dari terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri.
            Sasaran dari banyak sistem terapi humanistik adalah membuat individu mampu menerima kebebasan yang menimbulkan kekaguman untuk bertindak serta tanggung jawab  yang harus dipikul atas tindakan itu. Terapi eksistensial berusaha agar klien bisa keluar dari belenggu yang kuat itu dan mau menantang kecenderungan mereka yang sempit dan bersifat memaksa, yang merupakan ganjalan dari kebebasan mereka.

Tujuan Terapi Humanistik Eksistensial
            Terapi eksistensial menolong klien untuk bisa menghadapi kecemasan memilih untuk bisa menghadapi kecemasan memilih untuk diri sendiri dan kemudian menerima realistis bahwa mereka itu lebih dari sekedar korban dari kekuatan menentukan diluar diri mereka sendiri. Tujuannya adalah agar klien mampu melakukan tindakan yang berdasarkan pada tujuan otentik bagi terciptanya eksistensi yang bermutu.
            Tujuan psikoterapi adalah bukan menyembuhkan klien dalam artian yang konvensional, melainkan untuk menolong mereka sadar akan apa yang mereka lakukan dan membebaskannya dari peranan sebagai korban. Tugas eksistensial terapi adalah mengajar klien mendengarkan apa yang telah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka mungkin tidak memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.

Fungsi dan Peranan Terapis
            Yang paling dipedulikan oleh terapis eksistensial adalah memahami dunia subjektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan buakan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu. Yang terutama dipedulikan oleh terapis eksistensial adalah laku klien untuk melepaskan diri dari tanggung jawab, klien diajak untuk menerima pertanggungjawaban pribadi.
            Tugas sentral dari terapis adalah langsung mengkonfrontasikan klien ini dengan cara hidup  mereka dalam keberadaan terapis ini dan menolong mereka untuk bisa menyadari bahwa mereka sendiri ikut berperan dalam penciptaan kondisi semacam itu. Bisa dimisalkan terapis mengambil cermin agar klien bisa bercermin agar klien bisa bercermin hingga klien berkonfrontasi dengan diri sendiri.

Cara Terapi
Aplikasi: Prosedur dan Teknik Terapi
            Inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapis. Adalahpada saat pertemuan tatap muka saya atau anda itulah, pada saat keseluruhan pribadi terapis bertatapan dengan seluruh pribadi klien, maka proses terapeutik ada dalam posisinya yang terbaik.
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial,
·         Tahap pertama
Selama tahap pendahuluan konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukasn kesahihannya. Konselor mengajak mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
·         Tahap kedua
Selama tahap tengah dari konseling eksistensial  klien didorong semangatntnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka.
·         Tahap ketiga
Tahap akhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klen untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang konkrit.

Kelebihan Terapai Humanistik Eksistensial
            Menurut pandangan eksistensial, kita mampu untuk sadar akan diri sendiri, yaitu kapasitas yang membedakan diri kita dengan makhluk lain yang membuat kita untuk mengenang dan mengambil keputusan.

Kekurangan Terapi Humanistik Eksistensial
            Tiadanya pernyataan  yang sistematik mengenai prinsip dan praktek psikoterapi. Juga sering dikritik sebagai yang tidak memiliki metode yang tegas. Keterbatasan dasar yang lain bisa saya  (penulis) pantau dalam pendekatan eksistensial adalah bahwa banyak dari konsepnya yang abstrak dan susah untuk diterapkan pada praktek terapi humanistik.





March 17, 2013

Terapi Psikoanalisa


Nama   : Nurulia Septyarini Fazria
Npm    : 18510910
Kelas   : 3PA01
Makul  : Psikoterapi

Terapi Psikoanalisis

Sebelum kita membahas tentang terapi psikoanalisis, terlebih dahulu kita harus mengetahui psikoterapi itu sendiri. Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit jiwa dengan cara yang leibh psikologis dari pada fisiologis maupun biologis.Teknik dalam psikoterapi memiliki ciri yang sama, yaitu adanya komunikasi antara klien (penderita) dengan terapis. Klien didorong untuk dapat mengungkapkan rasa takut, emosi dan pengalamannya yang tidak menyenangkan secara bebas tanpa ada rasa takut dan malu dicemooh oleh terapisnya. Seorang terapis juga harus memiliki simpati dan empati, serta mencoba membantu klien mengembangkan cara efektif untuk menangani masalahnya.

Pengertian Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Terapi psikoanalisis sebagian besar terdiri dari penggunaan metode mengeluarkan materi di alam tidak sadar yang bisa ditangani. Fokusnya terutama diletakkan pada pengalaman masa kanak-kanak, yang dibahas direkonstruksi, diinterpretasi dan dianalisis.

Tujuan Terapi Psikoanalisis
Tujuan dari terapi psikoanalisis adalah menyadarkan individu dari konflik yang tidak disadari serta mekanisme pertahanan (defense mechanism) yang digunakan untuk mengendalikan kecemasan. Terapi psikoanalisis juga untuk menjadikan mereka yang tidak sadar untuk memperkokoh ego sehingga perilaku lebih didasarkan pada hal yang nyata dan bukan pada rekayasa yang bersifat naluriah.Defense mechanism diantarannya proyeksi, represi, regresi, rasionalisasi, reaksi formasi, sublimasi, dan displacement.

Tokoh Terapi Psikoanalisis
Tokoh dari terapi psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan sebagian kecil saja dari pada seluruh kehidupan psikis. Struktur kepribadian Freud ialah id, ego, super ego
  •  Id
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original didalam kepribadian. Id berisi hal yang dibawa sejak lahir (unsure-unsur biologis), termasuk insting. Id juga menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kesenangan, seperti makan, minum.
  •  Ego
Adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organism untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Orang yang lapar perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya. Ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan.
  • Super Ego
Merupakan aspek sosiologi, nilai-nilai norma-norma  tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya. Fungsinya menentukan apakah sesuatu benar atau salah.

Fungsi dan Peranan Terapis
Salah satu fungsi sentral dari analisis adalah menolong si teranalisis untuk mendapatkan kebebasan untuk mencintai, bekerja dan bermain. 
Peran terapis yaitu:
·         Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan       personal dalam menangani kecemasan secara realistis
·         Membangun hububungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
·         Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
·         Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien

Cara Terapi Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis bersifat intensif dan panjang lebar. Terapis dank lien umumnya bertemu selama 50 menit beberapakali dalam seminggu sampai beberapa tahun. Oleh karena itu agar dapat lebih efisien, maka pertemuan dapat dilakukan dengan pembatasan waktu dan penjadwalan waktu yang tidak terlalu sering.

Teknik Terapi Psikoanalisis
  • Asosiasi Bebas
Merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan sehari-hari, sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul dan melintas dalam pikiran. Dengan memepersilakan klien berbaring diatas balai-balai sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Asosiasi bebas juga merupakan metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu (katarsis).
  • Penafsiran (Interpretasi)
Merupakan prosedur dasar didalam menanalisis asosiasi bebas, mimpi-mimi, resistensi, dan transferensi. Caranya dengan tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam asosiasi bebas, mimpi-mimi, resistensi, dan transferensi itu sendiri.
  • Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk mengungkap alam bawah sadar dan memberikan kepada klien pemhaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur persaan yang direpress akan muncul kepermukaan. Melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
  • Resistensi
Adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Resistensi sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan, meski sebenarnya menghambat kemampuannya untuk menghadapi hidup yang lebih memuaskan.
  • Transferensi
Adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya.

Pengalaman Klien dalam Terapi
  • Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yang intensif dan berjangka panjang
  • Mengembangkan hubungan dengan analis atau terapis
  • Mengalami krisis treatment
  • Memperoleh pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari
  • Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
  • Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap
  • Memperdalam terapi
  • Menangani resistensi-resistensi & masalah yang terungkap
  • Mengakhiri terapi

Hubungan Antara Terapis dan Klien
Dikonseptualisasikan dalam proses transferensi. Transferensi adalah pergeseran yang tidak disadari ke penganalisis oleh klien mengenai perasaan dan khayalan, baik yang positif atau negative, yang berupa penglihatan tempat (displacement) dari reaksi ke orang lain yang signifikan dalam masa lalu si kien.

Kelebihan Terapi Psikoanalisis
·  Memahami sifat menentang yang diwujudkan dalam bentuk pembatalan pertemuan, pengakhiran kegiatan terapi sebelum waktunya, dan penolakan untuk mawas diri.
·  Memahami bahwa kerja yang belum selesai dapat ditangani, sehingga klien bisa menciptakan babak akhir yang baru terhadap peristiwa yang secara emosional telah menyebabkan mereka tidak dapat berbuat banyak
·  Memahami nilai dan peranan transferensi
·  Memahami betapa penggunaan pertahanan ego secara berlebihan, baik dalam hubungan konseling maupun       dalam kehidupan sehari-hari, dapat membuat klien tidak bisa berfungsi secara efektif

Kekurangan Terapi Psikoanalisis
·  Aplikasi pada banyak praktek teknik analitik sangatlah terbatas. Terutama pada tenik seperti asosiasi   bebas yang dilakukan sambil berbaring, analisis mimpi, dan hubungan analisis transferensi sebagai teknik praktis.
·  Kliennya sebagian besar tidak mau menyediakan waktu lima tahun kegiatan perawatan intensif.

Daftar Pustaka :
  • Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Diterjemahkan oleh: Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Press
  • Riyanti, B.P. Dwi dan Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum II. Jakarta: Universitas Gunadarma
  • Suryabrata, Sumardi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
  • Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia

March 12, 2013

Jika akar tak mampu menopang tangkai dan dahan


Aku tertuju pada satu pohon

Pohon yang memiliki akar yang kokoh, tangkai yang panjang dan dahan yang lebat

Namun tidak demikian adanya

Sekarang pohon yang kutuju itu tampak kusam, kering bahkan sudah tak semenarik dulu

Akar-akar yang kokoh menjadi rapuh, tangkai yang panjang kian patah dan daun yang lebat kian sedikit

Entah karena tidak ada hujan atau karena semakin tua

Jika akarnya saja  buruk bagaimana tidak dengan tangkai dan dahannya

Jika tidak ada akar bagaimana akan tumbuh tangkai, dahan hingga buahnya

Jika awan masih memiliki pasokan air hujan, jatuhkan lah cepat jatuhkan hujan kebumi

Cepat atau lambat jika terus dibiarkan kering tangisan lah yang akan selalu menemani

Apa yang bisa dilakukan tangkai dan dahan jika akar sudah renta menopang bebannya

Hanya hujan lah yang bisa menghidupkan mereka

Karena hujan

Hujan bagai doa, bagai pasokan makanan, bagai kasih sayang

Jika akar kian rapuh semoga tangkai masih bisa memberi kekuatan kepada dahan agar tidak berjatuhan

Jika dahan kering semoga akar masih bisa memberikan tenaga dari air yang ia simpan dalam-dalam

Terlebih jika akarnya buruk semoga tangkai hingga dahan dapat memperbaikinya

Memberi kekuatan satu sama lain hingga pohon yang kutuju semakin rindang, rindang dan semakin rindang

Agar aku bisa tetap berteduh selamanya

March 3, 2013

Study Banding Salam Master


Nurulia Septyarini Fazria
Tutor SMP Master


Study Banding Salam Master

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 19 Februari 2013 para tutor Paud, SD dan SMP beserta tim Yayasan Bina Insan Mandiri melakukan perjalanan ke Kota Yogyakarta dalam rangka study banding. Saya merupakan salah satu totor yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Acara study banding ini diadakan oleh lembaga yang bernama World Education, salah satu lembaga yang peduli terhadap pendidikan Indonesia.  Setelah melaksanakan pelatihan tutor sebelumnya, guna pembekalan materi dan diskusi bersama, study banding dilakukan tepat pada tanggal 19-21 Februari 2013 di Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta milik Ibu Wahya beserta suaminya. Perjalanan dimulai pada pagi hari kira-kira sekitar pukul 09.00 WIB saya beserta rombongan berangkat dari yabim (Yayasan Bina Insan Mandiri) tiba di Yogyakarta pukul 23.00 WIB. Saya dan rombongan disambut hangat oleh keluarga Salam meski tiba ditengah malam.
Sebelumnya saya akan ceritakan sekilas tentang Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) yang lebih dikenal dengan sebutan “Master” dan  Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta. Master merupakan sekolah gratis yang diperuntukan untuk masyarakat yang kurang mampu, yatim/piatu, kaum dhuafa, dan anak-anak yang tidak diterima dimasyarakat. Di Master siapa yang ingin sekolah tidak ada batasan umur. Layaknya sekolah formal master memberikan pendidikan mulai dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Selain itu master juga memberikan pembekalan berupa ketrampilan sablon, musik dan masih banyak lagi. Pendidikan di Master tidak dipungut biaya satu rupiah pun, meskipun demikian anak-anak mendapatkan pendidikan layaknya sekolah formal, mengikuti ujian paket atau terbuka, serta mendapatkan ijazah setara paket A,B atau C.  Sedangkan Salam Yogya (Sanggar Aanak Alam) merupakan sekolah alam tingkat SD dan SMP, namun saat ini tingkat SMP merupakan angkatan pertama ditahun ini. Sekolah yang notabennya unik dan tidak memberikan rapor berupa angka melainkan berbentuk verbal atau kata-kata. Anak-anak tidak terlalu dibekali secara teori melainkan diberikan gambaran sekilas setelah itu menerapkan dalam bentuk praktek. Fasilitator hanya mengarahkan kegiatan belajar mengajar saja. Terdapat kesamaan dari Master dan Salam, salah satunya sebagian besar anak yang menimba ilmu di sekolah tersebut mereka bermasalah disekolah sebelumnya atau sekolah formal. Pernyataan tersebut saya dengar dari hasil diskusi dengan pemilik Salam Yogya dan pernyataan dari pemilik Master yaitu Pak Rohim. Bermasalah dalam artian, misalnya ada anak yang tidak cocok dengan kebijakan-kebijakan disekolah formal, merasa kurikulum yang dipakai pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas, seringkali dianggap nakal oleh guru disekolah sebelumnya karena tingkah laku dari anak tersebut dan lainnya.
Banyak hal yang saya dapat dari study banding di Yogyakarta saat itu, mulai dari yang paling sederhana yaitu jika sebelumnya saya belum begitu banyak mengenal tutor-tutor dari Paud, SD, SMP, dan tim dari Master, namun karena study banding kemarin saya mengenal tutor-tutor yang sebelumnya saya tidak mengenal bahkan kami menjadi akrab, kami bercanda dan bersenda gurau, saling tukar pikiran. Maka dari itulah ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Saya mendapatkan kebersamaan dan kehangatan yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan selama satu tahun bergabung dengan master. Dari yang belum akrab menjadi akrab, yang sudah akrab menjadi semakin akrab, saya sangat bersyukur dengan moment tersebut.  
Selanjutnya saya mendapatkan nilai-nilai kehidupan dan pelajaran untuk diri saya sendiri. Banyak hal yang saya kutip sebagai motivasi dari diskusi-diskusi yang kami lakukan, khusunya dari pernyataan orang tua murid Salam Yogya, yaitu “Tujuan hidup saya memang membesarkan anak, jadi dengan segala cara saya akan selalu mendampingi anak saya” ungkap dari salah satu orang tua murid Salam Yogya. Senang melihat para orang tua murid mendukung anak-anaknya untuk terus berkarya meskipun nantinya mereka tidak mendapatkan ijazah seperti layaknya di sekolah formal. Karena menurut mereka, anak-anak mereka tidak untuk mencari kerja melainkan bagaimana caranya mereka membuat sebuah lapangan pekerjaan. Para orang tua murid yakin dengan keputusan yang mereka ambil dan itu tidak ada unsur pemaksaan kepada anak-anaknya sama sekali. Sebuah keputusan hebat yang mereka ambil ketika dizaman sekarang ini banyak orang yang terpingkal-pingkal mencari pekerjaan tanpa adanya ijazah yang kurang dalam persyaratan, bahkan orang yang memiliki ijazah dengan kriteria amat baik pun terkadang masih sulit mencari pekerjaan. Itulah nilai kehidupan yang saya dapat, intinya para orang tua yakin dan optimis kelak anak-anak mereka menjadi anak yang bisa dibanggakan dimasyarakat. 
            Di Salam Yogya saya bertemu dengan ketujuh anak hebat dan cerdas. Mereka adalah Lang-lang, Rasyik, Titi, Imung, Raka, Aska dan Vanya yang duduk dikelas IV SD. Mereka dibimbing oleh dua orang fasilitator yaitu Mba Kus dan Mba Ika. Saya bertemu dengan ketujuh anak itu ketika saya sedang observasi ke kelas bersama tim dari master. Ketika itu mereka tengah memulai kegiatan belajar mengajar, saya dan tim observasi tentunya disambut hangat dan baik oleh fasilitator dan anak-anak tersebut, membuat suasana menjadi lebih nyaman seperti sudah lama kenal. Kesan pertama saya melihat Titi dkk, mereka adalah anak yang aktif, sopan, ramah dan atraktif. Saya sentak dibuat terkejut oleh ketujuh anak tersebut, ketika mereka dan kami selesai memperkenalkan diri, saat itu dibuka sesi tanya jawab oleh fasilitator meraka sangat antusias. Mereka anak yang aktif, satu persatu bertanya tentang banyak hal kepada saya dan tim, mulai dari alamat rumah, hobi kami, cita-cita, sampai alasan mengapa master memilih sekolah mereka untuk dijadikan study banding, karena menurut salah satu dari ketujuh anak tersebut banyak sekolah didaerah tempat kami mengajar, kenapa sampai pula di Kota Yogyakarta. Pertanyaan yang bagus bukan untuk anak seusia mereka. Itulah, menurut saya mereka anak-anak yang cerdas dan bisa bersaing dengan anak-anak di sekolah formal, kelak mereka dewasa, mereka mampu bersaing pula dimasyarakat. Saya mendapatkan keunikan tersendiri ketika didalam kelas tersebut, yaitu masing-masing anak membuat kesepakatan kelas, misalnya siapa yang membuat gaduh akan diberi hukuman, kesepakatan mengambil makan siang secara bergantian sesuai jadwal. Di kelas yang saya observasi ada tujuh orang murid dengan dua fasilitator, mereka benar-benar diarahkan dengan fokus dan fasilitator bisa berinteraksi lebih dekat dengan murid-muridnya. Berbeda dengan master yang notabennya satu kelas terdapat 40 sampai 50 anak, bahkan satu ketika saya pernah mengajar dikelas tiga SMP dengan jumlah warga belajar sebanyak 70orang dengan satu orang tutor saja, sangat berbeda bukan. Maka dari itu terkadang kegiatan belajar mengajar di Master kurang efektif.
            Saat saya tengah duduk sendiri memperhatikan kegiatan belajar mengajar di kelas IV, salah seorang anak menghampiri saya, ia adalah Titi. Titi mengajak saya berbincang-bincang, ia bercerita, dan saya pun tanya banyak hal kepadanya, saat itu saya bertanya “Titi seneng ngga sekolah disini?” dengan yakin dan cepat ia menjawab “Seneng banget ka” ia pun akhirnya bercerita kembali mengapa menimba ilmu di Salam Yogyakarta. Ketika waktu istirahat tiba Titi, Imung dan Lang-lang mengajak saya, Kak Ade dan Kak Wulan berjalan-jalan mengitari Salam. Sontak anak-anak yang lainnya pun ikut. Rupanya saya, Kak Ade dan Kak Wulan diajak mengitari sawah master. Awalnya saya ragu, karena sawah itu milik Salam dan para petani sedang sibuk bekerja, tetapi mereka meyakinkan saya “Ngga papa kak, aku sering kok main-main di sawah” karena itu saya pun tak ragu mengitari sawah. Belum sampai ketengah Kak Wulan sudah terlelah dan akhirnya ia kembali ke kelas. Namun tidak bagi saya, Kak Ade dan anak-anak ceria itu. Kami tertawa riang dan berfoto-foto tidak mau melewatkan moment indah tersebut. Kemudian dilanjutkan bermain permainan tradisional dibawah kelas mereka. Saya bersyukur bisa bertemu dengan mereka dan tidak akan melupakan moment-moment indah tersebut. Terima kasih Titi, Vanya, Imung, Lang-lang, Aska, Rasyik dan Raka.
            Berhubung waktu kami bersilaturahmi di Salam Yogya sangat terbatas, tepat dipagi hari kamis pun kami kembali menempuh perjalanan pulang ke Depok. Agak berat meninggalkan sahabat dan adik-adik kecil saya, namun saya harus kembali. Insya allah jika Allah menghendaki kami akan bertemu kembali dilain waktu. Sedih memang saat saya berada di Kota Yogyakarta tidak jalan-jalan ke tempat wisata yang ada disana, hanya satu yaitu Malioboro. Itupun mencuri-curi waktu di waktu senggang sebelum diskusi kembali dengan keluarga Salam. Tetap saja menurut saya bagi kaum wanita tidak belanja di Malioboro itu tidak afdol. Sekitar pukul 09.00 WIB bus yang kami tumpangi pun akhirnya melaju, saya beserta tim master kembali melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Meski ada masalah sedikit saat diperjalanan pulang, semoga itu membuat tutor-tutor Master semakin solid. Sekitar pukul 22.30 WIB pun kami sampai di Depok. Saya agak tergelitik saat itu, saya jadi teringat ketika saya sewaktu masih sekolah selepas pulang dari Yogya pula untuk study tour, banyak orang tua yang menjemput ketika itu. Sama halnya ketika saya dan rombongan sampai di Depok selepas study banding kemarin, saya dijemput oleh ayah saya, begitu juga dengan beberapa tutor yang lain. Saya merasa seperti anak sekolah kembali. Itulah cerita saya tentang study banding di Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta, terima kasih world education yang telah mendampingi selama kegiatan berlangsung. Banyak hal yang saya dapat dari kegiatan tersebut, mulai dari kebersamaan bersama tutor-tutor master yang sebelumnya belum saya kenali, pengalaman, nilai-nilai kehidupan, pemikiran-pemikiran baru dan masih banyak lagi yang tentunya bermanfaat untuk diri saya sendiri, begitu juga untuk Master. Kurang lebihnya saya ucapkan terima kasih.      

Master Bunga Rampai


Bunga Rampai
Nurulia Septyarini Fazria
Tutor SMP Master

            Satu tahun sudah saya menjadi bagian dari keluarga Yayasan Bina Insan Mandiri yang lebih dikenal dengan sebutan “Master”. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ketika itu saat saya tengah mendapatkan tugas dari kampus untuk mengobservasi apapun tentang kegiatan yang berhubungan dengan psikologi sosial, maka saya dan teman satu kelompok saya menetapkan untuk mengobservasi sekolah dipinggir terminal Kota Depok. Ketika itu saya belum mengetahui Master sebelumnya, namun saya pernah menyaksikan acara disebuah stasiun tv swasta yang meliput kegiatan belajar mengajar dimaster. Kala itu memang sudah ada niat dalam benak saya seandainya saya bisa bergabung membagi ilmu yang saya miliki kepada anak-anak bangsa Indonesia. Ternyata keinginan saya itu diberi jalan oleh Allah SWT. Observasi saya pun dilaksanakan, hari itu hari sabtu. Saya dan “Diyah” rekan observasi yang sempat bergabung dimaster meski hanya beberapa bulan, tiba diMaster. Saat itu kondisi ditempat tidak begitu ramai, saya pun bertemu Kak Mus, dan meminta waktu untuk mewawancarainya. Rupanya saya diantar ke kantor SD menemui seorang wanita muda, saat itu saya belum tahu kalau saya berada di kantor SD. Seorang wanita muda tersebut ialah Kak Anti, ya Kak Anti. Sungguh seorang wanita yang begitu istimewa. Saya pun berbincang-bincang dengan Kak Anti, seputar Master untuk bahan tugas kuliah saya. Juga berbincang mengenai ketertarikan saya untuk membagi ilmu untuk adik-adik di Master, yang notabennya mereka dari kalangan menengah kebawah. Senang rasanya ketika Kak Anti menyambut baik niat saya. Awalnya saya ingin mengajar di tingkat SD, namun saran dari Pak Sugeng lebih baik saya mengajar ditingkat SMP, karena diSMP sedang membutuhkan banyak tutor. Mulanya saya ragu karena saya belum begitu PEDE mengajar anak-anak SMP. Waktu itu saya sedang mengobrol dengan Kak Anti, secara kebetulan bertemu dengan Kak Gifar, ia adalah koordinator SMP. Saat itu juga Kak Anti memberitahu kalau saya ingin bergabung. Kak Gifar pun menjelaskan mata pelajaran apa saja yang membutuhkan totor. Saya bergabung dimaster tidak hanya sendiri, melainkan mengajak beberapa teman-teman dikampus dan teman SMA.  Saya, Diyah, Risenta, Nyimas dan Tasya. Kami berlima mengajar ditingkat SMP, terkecuali Nyimas ia bergabung di tingkat SD. Alhamdulilah yang masih bertahan hingga saat ini hanya saya dan Tasya.
            Hari pertama saya mengajar pun tiba, saat itu saya agak grogi karena saya belum pernah menjadi seorang guru dimanapun sebelumnya. Namun saya sangat senang, karena ini merupakan salah satu cita-cita dan impian saya dari kecil selain bermain gitar, syukur ahamdulillah Allah SWT memberikan jalan bagi keinginan saya. Saya memegang bidang study Bahasa Indonesia kelas VII, VIII dan IX ditahun ajaran kemarin, tapi ditahun ajaran ini saya fokus mengajar di kelas IX dengan bidang study yang sama. Hari pertama bertemu anak-anak master saya bertemu dengan anak-anak kelas IX dengan kondisi kelas perempuan dan laki-laki digabung jumlah anaknya pun cukup bombastis. Pernah satu ketika saya mengajar dengan jumlah anak hingga tujuh puluh orang. Dihari pertama saya mengajar, saya cukup kaku bahkan grogi, terlebih lagi materi yang akan diajarkan suka-suka kita, jujur saja saya bingung karena tidak ada pedoman sampai dimana materi diberikan. Dihari pertama tidak begitu memuaskan memang, tapi tidak untuk di minggu kedua pertemuan, saya sudah bisa mengambil hati sebagian anak-anak master. Dan yang tidak pernah saya lupakan, ketika itu kholik dan teman-teman menyambut saya dengan hangat. Dari situ saya mulai yakin, merasa nyaman, dan saya akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
            Jika saya masih belum mampu beramal dengan materi, maka bisa saya gantikan dengan tenaga yang saya miliki. Dan selagi masih muda, masih bisa berkreasi saya akan gunakan masa muda saya dengan kegiatan yang positif, bukan sekedar sia-sia. Cita-cita saya pun salah satunya memang menjadi seorang guru. Itulah beberapa alasan mengapa saya mau berbagi ilmu di master.  Minggu pertama, kedua, ketiga pun dilalui. Ketika saya sudah merasa nyaman menjadi bagian dari Master, rasa permen nano-nano pun saya lalui. Dari manis, asam, asin ramai rasanya. Memang jalan tak selamanya lurus, berbagai tantangan  dari dalam dan luar pun saya hadapi. Mulai dari dalam diri saya sendiri yang terkadang down, dengan kesibukan-kesibukan di kampus, dari keluarga dan teman, sampai adik-adik di master itu sendiri. Sampai saat ini pun tantangan-tantangan masih ada dan akan selalu ada. Asam asin yang pernah saya alami beberapa diantaranya adalah, ketika benteng yang diberikan oleh adik-adik master begitu besar yang membuat saya down, ketika saya menerangkan tidak diperhatikan, ketika sikap-sikap mereka yang kurang memberikan kesan baik di kelas, ketika amarah saya dibuat meledak oleh adik-adik. Dan pada suatu ketika terdapat anak di kelas IX yang umurnya tidak jauh berbeda dengan saya, rupanya ia menaruh perhatian lebih terhadap saya, terlebih lagi saat rapat dengan yayasan yang kebetulan saya tidak bisa datang saat itu diungkap oleh salah salah satu totor, jujur saya sangat terkejut mengetahui hal itu, karena bagi saya adik-adik dimaster semua sama, tidak ada satu orang yang saya buat lebih special diantara yang lain. Semua sama-sama saya anggap adik, tidak ada yang saya perlakukan lebih. Karena hal tersebut saya merasa bersalah, entah bersalah karena apa, malu pun saya rasakan. Akhirnya saya mengklarifikasi kepada koordinator SMP bahwa itu tidak benar. Gosip-gosip pun juga ada dimaster. Hmm lucu memang, saya kira yang seperti itu hanya ada disinetron-sinerton. Ternyata memang ada didunia nyata, terlebih saya yang mengalami pula. Hal itu saya jadikan pelajaran untuk kedepannya. Tidak hanya rasa asam asin dan pahit saja yang saya alami di master. Manis pun saya rasakan. Ketika saya dan beberapa adik-adik perempuan menjadi teman baik, hubungan yang semakin intens timbul ketika mereka bersilaturahmi kerumah saya. Ketika kami bersenda gurau, ketika adik-adik menerima saya dengan baik, ketika dalam belajar mengajar mereka aktif, ketika sedang berbagi cerita, ketika bermain games, ketika saya sedang menceritakan pengalaman-pengalaman saya dengan antusias mereka mendengarkan dan masih banyak lagi. Namun rasa pilu pun saya rasakan saat ini, seorang siswa yang sebelumnya rajin datang kesekolah, ceria, pintar, dan sikapnya yang sopan, namun ia tak pernah terlihat sembali saat ini. Bila ditanya kepada temannya ada yang berkata bahwa ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya lagi, sayang sekali bukan.
Banyak hal yang saya dapat selama menjadi bagian dari keluarga master, selama mengajar. Diantaranya waktu saya menjadi lebih bermanfaat, bila sebelumnya waktu saya hanya waktu kupu-kupu main (kuliah pulang main kuliah pulang main) namun tidak untuk saat ini. Waktu yang saya miliki tidak terbuang sia-sia karena saya bisa membagi ilmu yang saya miliki kepada adik-adik dimaster. Selain itu saya bertemu dengan berbagai macam orang dengan karakternya masing dan dari berbagai profesi serta kalangan. Mulai dari ustadz, orang-orang hebat, para pengamen jalanan, para tutor, orang-orang yang tinggal dirumah singgah hingga anak punk. Anak-anak yang menuntut ilmu dimaster pun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang memang tinggal di rumah singgah master, ada yang bekerja sepulang sekolah, ngamen,masih banyak pula yang tinggal dengan orangtuanya seperti anak pada umumnya. Adik-adik disana pun cukup unik, cerdas-cerdas walaupun terkadang nakal. Ada yang kurang dalam bidang akademis namun memiliki keahlian yang ia tonjolkan, ada pula anak-anak yang memiliki kesulitan belajar cukup tinggi. Hal tersebut menjadi motivasi bagi saya untuk terus mendampingi dan membina mereka sesuai kemampuan saya. Menurut saya anak-anak master berbeda dengan anak-anak yang ada di sekolah formal pada umumnya. Berbeda dalam artian perlakuannya, cara belajar dan mengajarnya. Nilai-nilai kehidupan pun saya dapatkan dimaster, yaitu menjadi lebih menghargai tenaga, waktu dan uang. Disamping itu selain punya banyak adik, dimaster saya memiliki banyak kakak-kakak yang bisa diajak bertukar pikiran, mendengarkan pengalaman-pengalamannya, dan memiliki lebih banyak teman tentunya yang umurnya rata-rata diatas umur saya. Anak-anaknya pun ngangenin, suatu ketika saya pernah berniat fokus kuliah dahulu namun wajah adik-adik beserta moment-moment yang berkesan mengalahkan niat saya itu, maka saya urungkan niat tersebut.
            Yang menarik ketika saya baru bergabung di master, saat itu saya terkejut melihat banyak anak punk disana, ada yang sedang duduk-duduk saja, sedang makan , sedang tidur. Awalnya saya takut melihat kumpulan anak-anak punk tapi lama kelamaan saya sudah terbiasa akhirnya sudah tidak takut lagi. Yang buat saya terkejut pula ketika Kak Gifar menerapkan sistem seperti semi militer, awalnya saya pun agak takut, tapi cara tersebut merupakan bentuk salah satu cara melatih kedisiplinan adik-adik. Masih banyak lagi pengalaman selama satu tahun saya berada di master, sampai yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sejauh ini saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga master. Belum ada sekolah yang bisa menandingi master, hehe. Dari hari kehari, minggu keminggu, rasa sayang saya untuk adik-adik master yang hebat makin bertambah, tidak berkurang tanpa terkecuali. Semoga keluarga master semakin solid, makin akrab, saling mengisi segala kekurangan. Semoga adik-adik master kelak akan menjadi pribadi yang dapat bersaing dimasyarakat, menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, amin. Sampai disini perjalanan selama satu tahun saya menemani adik-adik. Semoga bermanfaat, terimakasih.