Bunga Rampai
Nurulia Septyarini Fazria
Tutor SMP Master
Satu
tahun sudah saya menjadi bagian dari keluarga Yayasan Bina Insan Mandiri yang
lebih dikenal dengan sebutan “Master”. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat.
Ketika itu saat saya tengah mendapatkan tugas dari kampus untuk mengobservasi
apapun tentang kegiatan yang berhubungan dengan psikologi sosial, maka saya dan
teman satu kelompok saya menetapkan untuk mengobservasi sekolah dipinggir
terminal Kota Depok. Ketika itu saya belum mengetahui Master sebelumnya, namun
saya pernah menyaksikan acara disebuah stasiun tv swasta yang meliput kegiatan
belajar mengajar dimaster. Kala itu memang sudah ada niat dalam benak saya
seandainya saya bisa bergabung membagi ilmu yang saya miliki kepada anak-anak
bangsa Indonesia. Ternyata keinginan saya itu diberi jalan oleh Allah SWT.
Observasi saya pun dilaksanakan, hari itu hari sabtu. Saya dan “Diyah” rekan
observasi yang sempat bergabung dimaster meski hanya beberapa bulan, tiba
diMaster. Saat itu kondisi ditempat tidak begitu ramai, saya pun bertemu Kak
Mus, dan meminta waktu untuk mewawancarainya. Rupanya saya diantar ke kantor SD
menemui seorang wanita muda, saat itu saya belum tahu kalau saya berada di kantor
SD. Seorang wanita muda tersebut ialah Kak Anti, ya Kak Anti. Sungguh seorang
wanita yang begitu istimewa. Saya pun berbincang-bincang dengan Kak Anti,
seputar Master untuk bahan tugas kuliah saya. Juga berbincang mengenai
ketertarikan saya untuk membagi ilmu untuk adik-adik di Master, yang notabennya
mereka dari kalangan menengah kebawah. Senang rasanya ketika Kak Anti menyambut
baik niat saya. Awalnya saya ingin mengajar di tingkat SD, namun saran dari Pak
Sugeng lebih baik saya mengajar ditingkat SMP, karena diSMP sedang membutuhkan
banyak tutor. Mulanya saya ragu karena saya belum begitu PEDE mengajar anak-anak
SMP. Waktu itu saya sedang mengobrol dengan Kak Anti, secara kebetulan bertemu
dengan Kak Gifar, ia adalah koordinator SMP. Saat itu juga Kak Anti memberitahu
kalau saya ingin bergabung. Kak Gifar pun menjelaskan mata pelajaran apa saja
yang membutuhkan totor. Saya bergabung dimaster tidak hanya sendiri, melainkan mengajak
beberapa teman-teman dikampus dan teman SMA.
Saya, Diyah, Risenta, Nyimas dan Tasya. Kami berlima mengajar ditingkat
SMP, terkecuali Nyimas ia bergabung di tingkat SD. Alhamdulilah yang masih
bertahan hingga saat ini hanya saya dan Tasya.
Hari
pertama saya mengajar pun tiba, saat itu saya agak grogi karena saya belum
pernah menjadi seorang guru dimanapun sebelumnya. Namun saya sangat senang,
karena ini merupakan salah satu cita-cita dan impian saya dari kecil selain
bermain gitar, syukur ahamdulillah Allah SWT memberikan jalan bagi keinginan
saya. Saya memegang bidang study Bahasa Indonesia kelas VII, VIII dan IX
ditahun ajaran kemarin, tapi ditahun ajaran ini saya fokus mengajar di kelas IX
dengan bidang study yang sama. Hari pertama bertemu anak-anak master saya bertemu
dengan anak-anak kelas IX dengan kondisi kelas perempuan dan laki-laki digabung
jumlah anaknya pun cukup bombastis. Pernah satu ketika saya mengajar dengan
jumlah anak hingga tujuh puluh orang. Dihari pertama saya mengajar, saya cukup
kaku bahkan grogi, terlebih lagi materi yang akan diajarkan suka-suka kita,
jujur saja saya bingung karena tidak ada pedoman sampai dimana materi
diberikan. Dihari pertama tidak begitu memuaskan memang, tapi tidak untuk di
minggu kedua pertemuan, saya sudah bisa mengambil hati sebagian anak-anak
master. Dan yang tidak pernah saya lupakan, ketika itu kholik dan teman-teman
menyambut saya dengan hangat. Dari situ saya mulai yakin, merasa nyaman, dan
saya akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Jika
saya masih belum mampu beramal dengan materi, maka bisa saya gantikan dengan
tenaga yang saya miliki. Dan selagi masih muda, masih bisa berkreasi saya akan
gunakan masa muda saya dengan kegiatan yang positif, bukan sekedar sia-sia. Cita-cita
saya pun salah satunya memang menjadi seorang guru. Itulah beberapa alasan
mengapa saya mau berbagi ilmu di master.
Minggu pertama, kedua, ketiga pun dilalui. Ketika saya sudah merasa
nyaman menjadi bagian dari Master, rasa permen nano-nano pun saya lalui. Dari
manis, asam, asin ramai rasanya. Memang jalan tak selamanya lurus, berbagai
tantangan dari dalam dan luar pun saya
hadapi. Mulai dari dalam diri saya sendiri yang terkadang down, dengan
kesibukan-kesibukan di kampus, dari keluarga dan teman, sampai adik-adik di
master itu sendiri. Sampai saat ini pun tantangan-tantangan masih ada dan akan
selalu ada. Asam asin yang pernah saya alami beberapa diantaranya adalah,
ketika benteng yang diberikan oleh adik-adik master begitu besar yang membuat
saya down, ketika saya menerangkan tidak diperhatikan, ketika sikap-sikap mereka
yang kurang memberikan kesan baik di kelas, ketika amarah saya dibuat meledak oleh
adik-adik. Dan pada suatu ketika terdapat anak di kelas IX yang umurnya tidak
jauh berbeda dengan saya, rupanya ia menaruh perhatian lebih terhadap saya,
terlebih lagi saat rapat dengan yayasan yang kebetulan saya tidak bisa datang
saat itu diungkap oleh salah salah satu totor, jujur saya sangat terkejut
mengetahui hal itu, karena bagi saya adik-adik dimaster semua sama, tidak ada
satu orang yang saya buat lebih special diantara yang lain. Semua sama-sama
saya anggap adik, tidak ada yang saya perlakukan lebih. Karena hal tersebut
saya merasa bersalah, entah bersalah karena apa, malu pun saya rasakan.
Akhirnya saya mengklarifikasi kepada koordinator SMP bahwa itu tidak benar. Gosip-gosip
pun juga ada dimaster. Hmm lucu memang, saya kira yang seperti itu hanya ada
disinetron-sinerton. Ternyata memang ada didunia nyata, terlebih saya yang
mengalami pula. Hal itu saya jadikan pelajaran untuk kedepannya. Tidak hanya
rasa asam asin dan pahit saja yang saya alami di master. Manis pun saya
rasakan. Ketika saya dan beberapa adik-adik perempuan menjadi teman baik,
hubungan yang semakin intens timbul ketika mereka bersilaturahmi kerumah saya.
Ketika kami bersenda gurau, ketika adik-adik menerima saya dengan baik, ketika
dalam belajar mengajar mereka aktif, ketika sedang berbagi cerita, ketika
bermain games, ketika saya sedang menceritakan pengalaman-pengalaman saya
dengan antusias mereka mendengarkan dan masih banyak lagi. Namun rasa pilu pun
saya rasakan saat ini, seorang siswa yang sebelumnya rajin datang kesekolah,
ceria, pintar, dan sikapnya yang sopan, namun ia tak pernah terlihat sembali
saat ini. Bila ditanya kepada temannya ada yang berkata bahwa ia tidak bisa
melanjutkan sekolahnya lagi, sayang sekali bukan.
Banyak hal yang saya
dapat selama menjadi bagian dari keluarga master, selama mengajar. Diantaranya
waktu saya menjadi lebih bermanfaat, bila sebelumnya waktu saya hanya waktu
kupu-kupu main (kuliah pulang main kuliah pulang main) namun tidak untuk saat
ini. Waktu yang saya miliki tidak terbuang sia-sia karena saya bisa membagi
ilmu yang saya miliki kepada adik-adik dimaster. Selain itu saya bertemu dengan
berbagai macam orang dengan karakternya masing dan dari berbagai profesi serta kalangan.
Mulai dari ustadz, orang-orang hebat, para pengamen jalanan, para tutor,
orang-orang yang tinggal dirumah singgah hingga anak punk. Anak-anak yang
menuntut ilmu dimaster pun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada
yang memang tinggal di rumah singgah master, ada yang bekerja sepulang sekolah,
ngamen,masih banyak pula yang tinggal dengan orangtuanya seperti anak pada
umumnya. Adik-adik disana pun cukup unik, cerdas-cerdas walaupun terkadang
nakal. Ada yang kurang dalam bidang akademis namun memiliki keahlian yang ia
tonjolkan, ada pula anak-anak yang memiliki kesulitan belajar cukup tinggi. Hal
tersebut menjadi motivasi bagi saya untuk terus mendampingi dan membina mereka
sesuai kemampuan saya. Menurut saya anak-anak master berbeda dengan anak-anak
yang ada di sekolah formal pada umumnya. Berbeda dalam artian perlakuannya,
cara belajar dan mengajarnya. Nilai-nilai kehidupan pun saya dapatkan dimaster,
yaitu menjadi lebih menghargai tenaga, waktu dan uang. Disamping itu selain
punya banyak adik, dimaster saya memiliki banyak kakak-kakak yang bisa diajak
bertukar pikiran, mendengarkan pengalaman-pengalamannya, dan memiliki lebih
banyak teman tentunya yang umurnya rata-rata diatas umur saya. Anak-anaknya pun
ngangenin, suatu ketika saya pernah berniat fokus kuliah dahulu namun wajah
adik-adik beserta moment-moment yang berkesan mengalahkan niat saya itu, maka
saya urungkan niat tersebut.
Yang
menarik ketika saya baru bergabung di master, saat itu saya terkejut melihat
banyak anak punk disana, ada yang sedang duduk-duduk saja, sedang makan ,
sedang tidur. Awalnya saya takut melihat kumpulan anak-anak punk tapi lama
kelamaan saya sudah terbiasa akhirnya sudah tidak takut lagi. Yang buat saya
terkejut pula ketika Kak Gifar menerapkan sistem seperti semi militer, awalnya
saya pun agak takut, tapi cara tersebut merupakan bentuk salah satu cara
melatih kedisiplinan adik-adik. Masih banyak lagi pengalaman selama satu tahun
saya berada di master, sampai yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Sejauh ini saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga master.
Belum ada sekolah yang bisa menandingi master, hehe. Dari hari kehari, minggu keminggu,
rasa sayang saya untuk adik-adik master yang hebat makin bertambah, tidak
berkurang tanpa terkecuali. Semoga keluarga master semakin solid, makin akrab,
saling mengisi segala kekurangan. Semoga adik-adik master kelak akan menjadi
pribadi yang dapat bersaing dimasyarakat, menjadi pribadi yang berbudi pekerti
luhur, amin. Sampai disini perjalanan selama satu tahun saya menemani
adik-adik. Semoga bermanfaat, terimakasih.
No comments:
Post a Comment