Assalamualaikum..
Dear reader, gimana kabarnya ?? Sudah lama juga ya daku gak sapa kalian disini, hehe
Gimana dengan hari minggu kalian? menyenangkan ?? apa rencana diminggu ini tersampaikan? daku ni reader rencana dihari ini 80% gagal, hiks..
Hmm sedih sebenernya kalau di inget-inget, Hari jum'at lalu tepatnya tanggal 22 Agustus 2014 kakek ku berpulang ke rahmatullah. Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Kabar duka ini sekaligus menjadi kabar yang mengejutkan sekali buat kami sekeluarga terutama ibu saya. Karena sebelumnya, mbah kakung saya dalam keadaan sehat walafiat, tidak dalam keadaan sakit. Cerita dari nenek saya dan kebanyakan orang, kamis pagi sampai sore kakek saya masih baik-baik saja, beraktifitas seperti biasanya, kasih makan ayam, siram kebun, tapi hari itu lagi nggak kesawah. Nah, tetiba sore harinya, mbah kung sedang duduk bersama mbah diun (nenek saya), alm mau mandi sore, waktu mau beranjak berdiri secara tiba-tiba mbahkung sudah tersungkur di lantai, dan tak sadarkan diri. Panik, tak butuh waktu yang lama nenek saya pontang-panting mencari bantuan di sekitar rumah.
Setelah alm tak sadarkan diri beberapa saat, alm diboyong kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera. Malam harinya, keluarga dikampung kabari ibu kalau mbahkung masuk rumah sakit. Tanpa banyak pikir ibu saya berniat untuk mudik esok harinya, berhubung ayah saya sedang diluar kota, alhasil saya pun diberi tugas untuk stay dirumah menjaga adik-adik.
Pagi harinya, saat itu saya masih leyeh-leyeh belum mandi. Saya mendengar suara tangisan histeris, makin lama suara itu makin dekat. Yap, rupannya itu ibu saya. Saya kaget, dan langsung memeluknya. "Mama kenapa?" kata saya.
Ibu saya ditemani dua orang guru di tempat saya mengajar, karena sebelumnya memang ibu saya kesekolah untuk izin mudik. "Kakek dipanggil Allah" jawab salah seorang guru yang menemani ibu saya. Ibu makin histeris, sontak saya pun langsung menagis. Rasa sedih, sesal, marah, semua campur aduk.
Melihat keadaan ibu, saya nggak bisa ngebiarin ibu pulang kampung dalam keadaan seperti ini, yang menangis histeris karena kehilangan ayahnya. Saya pun segera bergegas ikut ibu mudik. Kalau bukan saya, siapa lagi yang menjaganya, sedangkan ayah saya diluar kota. Ini packing tercepat saya selama hidup, saya bawa baju seadanya, pun banyak barang yang tertinggal karena saya sangat buru-buru.
Dina, adik bontot saya mungkin tak bisa menahan air matanya lagi. Ia ikut menangis histeris, tak tega meninggalkannya sendirian dan setelah dibujuk alhasil ia ikut bersama saya dan ibu. Jadilah adik laki-laki saya saja yang stay dirumah. Kami memilih transportasi tercepat saat itu, namun pesawat kami pun harus di delay pula. Sepanjang perjalanan ibu saya terus menangis, tak ada lagi rasa malu dengan sekitar buat saya. Biarlah orang lain mau ngeliatin kita , sook saja. Satu jam perjalanan dipesawat, lalu kami dijemput oleh teman ayah dibandara Solo, kemudian sampailah kami dirumah duka.
Hmm, begitulah.
Cepat sekali bukan, mendakak sekali apa lagi. Begitu cepat Allah panggil kakek saya tanpa isyarat apaun. Sakit pun tidak. Tapi bagiku, cara ini merupakan cara yang terbaik menurut-Nya. Mbah kung pun tak harus merasakan sakit yang cukup lama. Sampai saat ini, saya masih merasa mbah kung itu sedang pergi ke sawah. Hmm, ikhlas tetap diwajibkan.
Umur alm kalau tidak salah sudah tujuh puluh sekian. Banyak kenangan yang tidak bisa saya lupakan bersamanya. Apalagi saya punya banyak salah pada beliau diwaktu kecil sampai sekarang, sesalnya saya belum sempat minta maaf padanya :(
Ya Allah, engkau sudah panggil kakek yang paling saya sayangi. Terimalah amal ibadahnya selama didunia ini, terimalah ia disisimu. Lapangkanlah kuburnya, jauhkanlah ia dari azab mu. Berilah ketabahan untuk nenek ku, ibuku, dan sanak keluarga yang lainnya. Amin
Engkau maha baik ya Allah, tiada tuhan selain engkau. Hanya kepadamulah aku memohon. Golongkanlah kakek ku kedalam orang-orang yang beriman, amin.
No comments:
Post a Comment