Hallo reader :)
mau posting ff nan pendek sekali ah.
Ini ff yang kali pertamanya saya buat, agak gak jelas bahkan gak jelas banget kayaknya, hehe.
Sebenernya tulisan ini sudah lama ada di draft dalam laptop saya. Tapi, hehe saya simpan dan saya simpan kembali untuk koleksi pribadi aja. Nah sekarang saya coba publish deh, buat meramaikan dunia tulis menulis di blogger.
Cerita ini hanya fiktif belaka, sebatas imajinasi dan apa yaaa mungkin sedikit ada campur tangan dari kisah-kisah saya, kisah temen-temen, kisah kamu, juga kisah kalian, hihi,
Oia reader, pastinya buat kemajuan author dalam menulis, penting nih kritik dan saran. So, jangan ragu ya untuk kasih kritik dan sarannya buat saya. Okee :) enjoy reading ..
.....
Aku
dan kyuhyun. Kami adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Ya, aku sangat
mempercayai dirinya, bahkan tak peduli banyak orang mengganggap aku ini wanita
yang bodoh. Bukan berarti aku bisa dikelabui olehnya, bukan berarti aku tak
punya pendirian, hanya saja karena aku terlalu mudah berkata “aku percaya padamu sepenuhnya, kyu.”
Cintaku
tak sebelah hati, kyuhyun mencintaiku. Ia begitu menderita jika melihatku
sedih. Ia tak pernah lupa mendoakanku disetiap langkahnya. Bagaimana tidak, ia
sendiri tak berdaya saat aku terbaring lemah dalam kamar yang serba putih. Jika
aku bisa mempercayainya seratus bahkan seribu persen, namun tidak untuknya. Aku
tahu ia mencintaiku, tapi entah mengapa ia begitu sulit mempercayaiku.
Seseorang
yang banyak bicara, pekerja keras namun pemikir. Terlebih jika ada masalah yang
sedang ia alami, ia berubah menjadi seseorang yang begitu pasif. Begitulah
orang yang amat aku cintai itu. Wajahnya yang tampan dan polos tak bisa
mengalahkan egonya. Ia tak pernah bisa menyembunyikan rasa sedihnya padaku.
Tanpa ia beritahu pun, aku bisa membaca dari raut wajahnya bahwa ia sedang
memendam sesuatu. Tapi, disinilah tingkat kebencianku ada pada taraf yang
paling tinggi. Ketika itu juga aku begitu membencinya. Aku ingin menghajarnya,
ingin berteriak tepat ditelingnya bahwa ia MEMILIKI KU.
Aku
rasa hingga mulutku berbusa pun, itu menjadi hal yang sia-sia saja. Awalnya aku
terus berkata padanya
“Kau kenapa kyu? Ceritakan padaku”
“Hey, aku pacarmu kan kyu, bukan
begitu? Sampai kapan kau tak bisa mempercayaiku?”
Dan
masih banyak lagi bujukan-bujukan yang aku utarakan untuknya, namun selalu saja
kalimat ini ia keluarkan untuk menimpa bujukan ku
“sungguh aku tak bisa mengatakannya
padamu, maaf.”
Tiap
mendengar kalimat itu, aku begitu menderita. Aku begitu merasa jauh darinya,
begitu tak mengenalnya dari sosok yang aku kenal baik sebelumnya. Baginya,
entah apa yang menjadi pondasi untuk hubungan kami, dan itu bukanlah suatu
kepercayaan. Jika bagi kebanyaan orang kepercayaan adalah pondasi awal menjalin
sebuah hubungan, tapi tidak baginya. Baginya mencintai adalah segalanya, aku
adalah segalanya baginya. Kyuhyun pernah mengatakannya padaku, dan sampai kapan
pun aku tak pernah melupakan kata-kata yang pernah ia ucapkan itu. Lagi-lagi
mengapa ia tak bisa mempercayaiku, sungguh aku jengah dengan hal ini. Entah
sebenarnya siapa yang bodoh diantara kami, aku atau dirinyalah.
Akhirnya
kami bungkam satu sama lain, aku terdiam larut dalam pikiranku. Bagaimana aku
bermain dengan pikiran-pikiran negatif yang terlintas, bagaimana aku masih bisa
berpikir positif jika seperti ini keadaannya. Semenjak saat itu, aku tak pernah
memaksa membujuk agar ia menceritakan apa yang sedang ia rasakan. Cukup berada
disampingnya menjadi obat bagi rasa kecewa ku. Tentunya aku berharap, dengan
adanya aku disamping dirinya akan melunakkan hatinya sedikit demi sedikit, dan
membuatnya lebih tenang. Tanpa mengurangi rasa cintaku padanya, karena aku
percaya ia mencintai diriku.
-end-
By:
nurulia septyarini fazria
@nurulia_sf
No comments:
Post a Comment