Ya allah , aku ingin profesi itu, aku ingin sampai di titik itu.
Ada satu cita-cita di benakku yang ingin ku gapai, tapi aku tahu, untuk sampai disana, masih jauuuuuuh sekali waktu yang harus ku lalui.
Masih perlu perjuangan lebih untuk bisa aku geluti profesi itu.
Kalau kau menjabah harapan dan doa ku empat tahun yang lalu, bukankah masih bisa aku berharap lagi dan lagi.
Untuk harapanku yang besar ini.
Bukankah aku masih bebas berharap, mengadahkan tangan untuk selalu meminta kepadamu.
Bukankah tak ada batas bagi hambamu untuk selalu berdoa.
Bukankah kau senang jika hambamu selalu mengingatmu dengan doa yang selalu dipanjatkan.
Terimakasih kau telah mengijabah harapan dan doaku, harapan yang ku lontarkan empat tahun yang lalu, meski aku sudah melupakan harapan itu dan tak pernah ku harap lebih.
Dan engkau maha baik ya allah, tetap kau wujudkan harapan itu sekarang diwaktu yang tepat, bakhan lebih cepat. Tetap kau jabah niat awalku empat tahun lalu.
subhanallah, maha benar Allah dengan segala firmannya.
Lalu, seiringnya waktu ada harapan lain yang ingin aku wujudkan beberapa tahun yang akan datang.
Jika memang baik untukku, bantu aku untuk memulai semua meski hanya dari harapan dan doa. Jika kau mengizinkan, mudahkan aku dalam menjalani proses yang panjang nan penuh perjuangan itu.
Allah yang maha mengetahui dan mendengar, jabahlah tiap harapan dan doaku kelak, amin ya robbal alamin.
welcome :) this is my story, my note,my description and naration. hope you enjoy visit in my world. salam
July 25, 2014
July 23, 2014
Hey bro
we are just friend, isn't it ??
Semua yang kita lakukan, apa yang kita bicarakan semua tulus karena kita "berteman" bukan??
aku harap dekatnya kita memang dekat murni karena kita saling cocok untuk teman berbagi, teman dekat, teman hang out, bukan karena yang lain.
Bukan karena faktor-faktor saya butuh anda, atau anda butuh saya.
Oh tidak, aku harus percaya kamu, bukan begitu bro..
Hmm, bukankah aku harus membuang pikiran negatif tentang kamu??
yapp, benar. buang jauh-jauh pikiran negatif itu
Aduuuh, maaf ya bro sifat aku yang satu ini memang harus di minimalisir sepertinya.
Heheheee, maklum. Sekarang rasanya lebih sensitif aja kalau ada yang mulai-mulai deket tapi punya maksud tersendiri heheheeee..
Okee,, sepertinya aku nggak perlu mengkhawatirkan kamu bro
karena kita memang "teman".
we are just friend, isn't it ??
Semua yang kita lakukan, apa yang kita bicarakan semua tulus karena kita "berteman" bukan??
aku harap dekatnya kita memang dekat murni karena kita saling cocok untuk teman berbagi, teman dekat, teman hang out, bukan karena yang lain.
Bukan karena faktor-faktor saya butuh anda, atau anda butuh saya.
Oh tidak, aku harus percaya kamu, bukan begitu bro..
Hmm, bukankah aku harus membuang pikiran negatif tentang kamu??
yapp, benar. buang jauh-jauh pikiran negatif itu
Aduuuh, maaf ya bro sifat aku yang satu ini memang harus di minimalisir sepertinya.
Heheheee, maklum. Sekarang rasanya lebih sensitif aja kalau ada yang mulai-mulai deket tapi punya maksud tersendiri heheheeee..
Okee,, sepertinya aku nggak perlu mengkhawatirkan kamu bro
karena kita memang "teman".
you and i
you and i
you and i
and you and i
Hey kak, aku ingat sekali pertemuan pertama kita. Saat aku kewalahan mengkondisikan kelas, aku mengadu pada kakak untuk memberikan peringatan kepada anak-anak. Padahal, aku sama sekali belum kenal kakak saat itu. Itulah pertemuan pertama kita
Lalu, kita semakin dekat, semakin luwes. Layaknya sesama teman, layaknya seorang kakak adik.
Kakak baik, kakak sopan, kakak asyik, dan aku lihat kakak taat beragama, aku suka sifat itu. Tapi, kalau kita sudah ngobrol, mulailah penyakit ego kita satu sama lain muncul, kakak juga cerewet, kakak gak mau kalah kalo debat, huuuh, aku bete sama sifat kakak yang satu itu.
Tapi, waktu aku tahu kakak menyimpan rasa untuk aku, jujur aku bingung.
Sempat memang tatapan mata kakak kala itu buat aku sedikit berpikir. Tapi, kalau kaka bilang aku nggak persah sadar kalau kakak memang menungguku, ya memang aku sama sekali nggak paham soal itu. Satu kata pun nggak pernah kakak lontarkan, karena aku tahu kakak nggak mau mengotori hati kakak. Tunggu sampai ku lulus ?? seperti yang kakak bilang "semoga Allah mengijabah doa kakak".
Lalu bagaimana dengan aku? apa aku harus menjaga hati ini untuk kakak? aku saja masih belum yakin. Kakak khawatir sama aku ? kakak nggak usah khawatir, i'm okey kaaaakk..
aku bisa atur hati ini sendiri, tanpa kakak. Kalaupun sanggahan aku semuanya benar, aku benar-benar kecewa dengan kakak. Aku sudah beberapa kali bilang bukan kak, jangan pernah bergurau pakai hati, karena hatiku tidak bisa bergurau. Aku harap juga semua itu bukan gurauan semata.
Kenapa begitu berat kak? apa karena modal kakak sampai-sampai kakak nggak boleh jujur soal hati.
Bukan kakak yang seharusnya minta maaf, melainkan aku. Entah siapa sebenarnya yang terus mengguraukan soal hati. Kakak ??? atau justru aku ??
Kak, aku bukan bergurau. Aku hanya menepis apa yang kakak katakan diawal. Kenapa? karena aku takut kak, aku belum sanggup mendengar pernyataan dari kakak. Kalau kakak sudah terlanjur bicara, lalu apa yang harus aku lakukan?? Bilang iya ?? Tidak ??
Aku nggak marah kak, sepertinya aku akan memilih diam tentang apapun yang akan kakak katakan.
Lalu sekarang kita bisa apa? kalaupun kakak maju pun aku belum bisa apa-apa, kalau aku mengiyakan pun kakak juga nggak akan terjerat di lingkaran itu bukaaan. Terimakasih jika kakak memang tulus menyimpan rasa untuk ku. Aku hanya berharap siapapun nanti orangnya aku menginginkan yang terbaik, aku ingin dia soleh. Sepertinya aku belum mampu untuk mematokkan kalau aku harus jaga hati ini untuk kakak, atau untuk siapapun, karena aku belajar dari masla lalu kak. Kita boleh merencanakan, tapi Allah yang berkehendak. Kita ngga bisa tahu apa yang akan terjadi kedepannya nanti.
So, terimakasih jika itu memang sepenuhnya benar dan maaf jika tak pernah ku tanggapi. Jika kita memang berjodoh, nantinya jalan kita pasti akan dimudahkan. Sekarang, lupakan soal hari ini. Kita jalani hari-hari kita masing-masing, Aku dengan duniaku, kakak dengan dunia kakak. Sampai ketemu bila Allah mempertemukan kita lagi :)
you and i
you and i
and you and i
Hey kak, aku ingat sekali pertemuan pertama kita. Saat aku kewalahan mengkondisikan kelas, aku mengadu pada kakak untuk memberikan peringatan kepada anak-anak. Padahal, aku sama sekali belum kenal kakak saat itu. Itulah pertemuan pertama kita
Lalu, kita semakin dekat, semakin luwes. Layaknya sesama teman, layaknya seorang kakak adik.
Kakak baik, kakak sopan, kakak asyik, dan aku lihat kakak taat beragama, aku suka sifat itu. Tapi, kalau kita sudah ngobrol, mulailah penyakit ego kita satu sama lain muncul, kakak juga cerewet, kakak gak mau kalah kalo debat, huuuh, aku bete sama sifat kakak yang satu itu.
Tapi, waktu aku tahu kakak menyimpan rasa untuk aku, jujur aku bingung.
Sempat memang tatapan mata kakak kala itu buat aku sedikit berpikir. Tapi, kalau kaka bilang aku nggak persah sadar kalau kakak memang menungguku, ya memang aku sama sekali nggak paham soal itu. Satu kata pun nggak pernah kakak lontarkan, karena aku tahu kakak nggak mau mengotori hati kakak. Tunggu sampai ku lulus ?? seperti yang kakak bilang "semoga Allah mengijabah doa kakak".
Lalu bagaimana dengan aku? apa aku harus menjaga hati ini untuk kakak? aku saja masih belum yakin. Kakak khawatir sama aku ? kakak nggak usah khawatir, i'm okey kaaaakk..
aku bisa atur hati ini sendiri, tanpa kakak. Kalaupun sanggahan aku semuanya benar, aku benar-benar kecewa dengan kakak. Aku sudah beberapa kali bilang bukan kak, jangan pernah bergurau pakai hati, karena hatiku tidak bisa bergurau. Aku harap juga semua itu bukan gurauan semata.
Kenapa begitu berat kak? apa karena modal kakak sampai-sampai kakak nggak boleh jujur soal hati.
Bukan kakak yang seharusnya minta maaf, melainkan aku. Entah siapa sebenarnya yang terus mengguraukan soal hati. Kakak ??? atau justru aku ??
Kak, aku bukan bergurau. Aku hanya menepis apa yang kakak katakan diawal. Kenapa? karena aku takut kak, aku belum sanggup mendengar pernyataan dari kakak. Kalau kakak sudah terlanjur bicara, lalu apa yang harus aku lakukan?? Bilang iya ?? Tidak ??
Aku nggak marah kak, sepertinya aku akan memilih diam tentang apapun yang akan kakak katakan.
Lalu sekarang kita bisa apa? kalaupun kakak maju pun aku belum bisa apa-apa, kalau aku mengiyakan pun kakak juga nggak akan terjerat di lingkaran itu bukaaan. Terimakasih jika kakak memang tulus menyimpan rasa untuk ku. Aku hanya berharap siapapun nanti orangnya aku menginginkan yang terbaik, aku ingin dia soleh. Sepertinya aku belum mampu untuk mematokkan kalau aku harus jaga hati ini untuk kakak, atau untuk siapapun, karena aku belajar dari masla lalu kak. Kita boleh merencanakan, tapi Allah yang berkehendak. Kita ngga bisa tahu apa yang akan terjadi kedepannya nanti.
So, terimakasih jika itu memang sepenuhnya benar dan maaf jika tak pernah ku tanggapi. Jika kita memang berjodoh, nantinya jalan kita pasti akan dimudahkan. Sekarang, lupakan soal hari ini. Kita jalani hari-hari kita masing-masing, Aku dengan duniaku, kakak dengan dunia kakak. Sampai ketemu bila Allah mempertemukan kita lagi :)
July 8, 2014
Apa kata papa dan mama
buahahahahaaaa reader saya ngakak nih inget apa kata mama dan papa saya tadi
mama saya bilang "kamu udah bukan anak kecil lagi nurul!"
papa saya bilang "dewasa dikit dong kaaak jadi orang"
nah itu dia, diumur saya ini, saya masih ngerasa masi kecil lho
masih suka teriak-teriak gak jelas dirumah, masih suka berantem gak jelas sama adik-adik, masih suka ngambek-ngambek gak jelas bahkan nangis-nangis gak jelas.
kalo udah kaya gitu pasti bokap tanya "kamu kenapa sih kak"
sulitnyaaa meninggalkan masa remaja ke masa dewasa yah, dewasa itu kan bukan diukur dari umur tapi dari sikap dan perilaku. So, suka lucu sendiri sama diri sendiri kadang-kadang, ya ampuuuunn.
Kayakya perlu ada tuntutan nih jadi saya bisa dewasa dengan sendirinya, hahahaa. You know ??
okelah sampai disini dulu curhat gak jelasnya, nanti disambung lagi ya.
sampai nanti reader, keep smiling :)
mama saya bilang "kamu udah bukan anak kecil lagi nurul!"
papa saya bilang "dewasa dikit dong kaaak jadi orang"
nah itu dia, diumur saya ini, saya masih ngerasa masi kecil lho
masih suka teriak-teriak gak jelas dirumah, masih suka berantem gak jelas sama adik-adik, masih suka ngambek-ngambek gak jelas bahkan nangis-nangis gak jelas.
kalo udah kaya gitu pasti bokap tanya "kamu kenapa sih kak"
sulitnyaaa meninggalkan masa remaja ke masa dewasa yah, dewasa itu kan bukan diukur dari umur tapi dari sikap dan perilaku. So, suka lucu sendiri sama diri sendiri kadang-kadang, ya ampuuuunn.
Kayakya perlu ada tuntutan nih jadi saya bisa dewasa dengan sendirinya, hahahaa. You know ??
okelah sampai disini dulu curhat gak jelasnya, nanti disambung lagi ya.
sampai nanti reader, keep smiling :)
July 6, 2014
Jangan tinggalkan aku, bu
Salaaam
Hai reader, sudah lamaaaa sekali kita tak jumpa, tak tegur sapa, huhuu
Kali ini, aku awali degan cerita yang rasanya terkesan mellow
Semua berawal dari perbincangan ringan sore itu, ketika aku tengah asyik nonton tv dengan adikku dina. Tiba-tiba dari dapur ibuku bicara
"Nurul sini belajar masak, nanti kalau sewaktu-waktu ditinggal mama kamu bisa"
Deg, tanpa sadar pikiran ku terfokus pada satu hal
"Kalau ditinggal mama"
Tidaaaak, aku langsung teringat dengan kejadian tempo hari. Ketika tetangga dekat bilang "waktu itu mama kesakitan kaya mau meninggal"
Astagfirullah, kata-kata apa itu
Sampai detik ini, aku tidak siap jika harus kehilangan wanita yang paling berharga untuk hidupku, ibu.
Entah tidak pernah terpikir sebelumnya kalau aku ditinggal ibu, apa jadinya aku. Bisakah aku bangkit? Bisakah aku ikhlas ? Sampai saat ini tidak ada orang lain sehebat ibu.
Bagaimana pun itu, ibu tak luput dari kesalahan. Karena tidak ada seorang pun yang sempurna. Tak ada seorang pun yang tak punya kelemahan, sekalipun pada ibu. Tapi, kelebihan yang ibu punyai beribu-ribu kali lipat dari kelemahan yang ada pada dirinya. Bagaimanapun itu tetap ibu kita. Siapa orangnya yang menerima kita apa adanya, siapa orangnya yang mencintai kita begitu tulus, siapa orangnya yang menyayangi kita tanpa pamrih, tanpa meminta balas jasa. Ya, orang itu tidak lain adalah ibu. Pastinya semua ini sama halnya dengan kalian.
Hanya saja, kalau boleh meminta
Jika harus pergi, biarkan aku yang pergi duluan, bukan ibu
Mungkin terkesan cukup egois, tapi rasa cinta ini begitu besar meski seringkali tak nampak.
Karena aku tak sanggup jika harus kehilangan ibu.
Tetap selalu disisiku ya, bu.
Hai reader, sudah lamaaaa sekali kita tak jumpa, tak tegur sapa, huhuu
Kali ini, aku awali degan cerita yang rasanya terkesan mellow
Semua berawal dari perbincangan ringan sore itu, ketika aku tengah asyik nonton tv dengan adikku dina. Tiba-tiba dari dapur ibuku bicara
"Nurul sini belajar masak, nanti kalau sewaktu-waktu ditinggal mama kamu bisa"
Deg, tanpa sadar pikiran ku terfokus pada satu hal
"Kalau ditinggal mama"
Tidaaaak, aku langsung teringat dengan kejadian tempo hari. Ketika tetangga dekat bilang "waktu itu mama kesakitan kaya mau meninggal"
Astagfirullah, kata-kata apa itu
Sampai detik ini, aku tidak siap jika harus kehilangan wanita yang paling berharga untuk hidupku, ibu.
Entah tidak pernah terpikir sebelumnya kalau aku ditinggal ibu, apa jadinya aku. Bisakah aku bangkit? Bisakah aku ikhlas ? Sampai saat ini tidak ada orang lain sehebat ibu.
Bagaimana pun itu, ibu tak luput dari kesalahan. Karena tidak ada seorang pun yang sempurna. Tak ada seorang pun yang tak punya kelemahan, sekalipun pada ibu. Tapi, kelebihan yang ibu punyai beribu-ribu kali lipat dari kelemahan yang ada pada dirinya. Bagaimanapun itu tetap ibu kita. Siapa orangnya yang menerima kita apa adanya, siapa orangnya yang mencintai kita begitu tulus, siapa orangnya yang menyayangi kita tanpa pamrih, tanpa meminta balas jasa. Ya, orang itu tidak lain adalah ibu. Pastinya semua ini sama halnya dengan kalian.
Hanya saja, kalau boleh meminta
Jika harus pergi, biarkan aku yang pergi duluan, bukan ibu
Mungkin terkesan cukup egois, tapi rasa cinta ini begitu besar meski seringkali tak nampak.
Karena aku tak sanggup jika harus kehilangan ibu.
Tetap selalu disisiku ya, bu.
Subscribe to:
Posts (Atom)